Catatan Perjalanan :
Keliling
Setengah Amerika
41.
Perjalanan Terpanjang Pada Hari Terakhir
Sesampainya
di depan gedung State Capitol yang terletak di sisi utara pusat
kota, nampak sebuah bangunan kuno yang megah. Keunikan dari
gedung pusat pemerintahan yang dibangun dengan mengadaptasi
arsitektur Roman Corinthian ini adalah karena berdiri di atas
sebuah sumur minyak yang kemudian disebut dengan Capitol Site No.
1 dari sebelumnya disebut sumur Petunia No. 1. Pengeboran sumur
minyak di lokasi ini dimulai pada bulan Nopember 1941. Keunikan
ini memberikan kebanggaan tersendiri bahwa inilah satu-satunya
gedung Capitol di dunia yang berdiri di atas sumur minyak.
Di
pintu masuk sebelah selatan gedung State Capitol ini terdapat
sebuah patung bernama Statue of a Cowboy hasil karya
Constance Warren. Gedung ini terbuka untuk dikunjungi masyarakat
umum. Namun karena mempertimbangkan waktu, kami sendiri akhirnya
memutuskan untuk tidak jadi masuk ke gedung ini. Masih dengan
berjalan agak santai, saya melanjutkan menyusuri pusat kota
Oklahoma City, hingga akhirnya tiba di persimpangan dengan jalan
layang I-40.
Melalui jalan
bebas hambatan I-40 yang menuju ke timur saya meninggalkan
Oklahoma City, kota yang beberapa tahun lalu sempat menarik
perhatian dunia. Tepatnya pada tanggal 19 April 1995, sekitar jam
9:00 pagi, ketika sebuah truk bermuatan bom meledak di depan
gedung Alfred P. Murrah Federal Building dan menghancurkan sisi
utara gedung itu. Ledakan itu menewaskan 168 orang dan tercatat
sebagai tragedi serangan teroris terburuk yang pernah terjadi di
tanah Amerika. Di jalan bebas hambatan I-40 ini saya mulai dapat
melaju dengan kecepatan rata-rata 70 mil/jam (112 km/jam).
***
Cuaca
siang menyengat menyertai perjalanan kami hari itu, Sabtu, 15
Juli 2000. Itu adalah hari terakhir perjalanan kami yang akan
merupakan perjalanan terpanjang yang akan kami jalani. Jarak
keseluruhan yang akan kami jalani hari itu adalah 836 mil (1.338
km), yaitu jarak dari Tulsa hingga melewati Oklahoma City dan
selanjutnya melewati beberapa kota di Texas dan Arkansas sebelum
nantinya tiba di New Orleans. Saya perkirakan jarak sejauh itu
akan saya tempuh dalam 15 jam, termasuk waktu untuk berhenti di
Oklahoma dan istirahat beberapa kali di sepanjang perjalanan.
Meskipun
itu adalah perjalanan yang sebenarnya terlalu panjang untuk
diselesaikan dalam satu hari, tapi saya dapat menempunya dengan
santai dan seperti tanpa beban. Ya, karena hari itu saya
merencanakan untuk tiba di rumah di New Orleans, jam berapapun
sampainya, agar hari Minggu besok sempat seharian beristirahat.
Di perjalanan anak-anak juga kelihatan riang dan santai meskipun
tahu bahwa paling cepat baru lewat tengah malam akan tiba di New
Orleans.
Tapi
ya namanya anak-anak, apalagi anak saya yang kecil, hampir setiap
jam bertanya : New Orleans masih berapa jam lagi?.
Sedang anak saya yang besar lebih bisa membuat penalaran sendiri.
Kalau diberitahu New Orleans masih sekian puluh atau ratus mil
lagi, maka dia sudah dapat membuat hitung-hitungan sendiri bahwa
itu berarti masih sekian jam lagi.
Sekitar
dua jam meninggalkan Oklahoma City, saya membelok ke jalan bebas
hambatan Indian Nation Turnpike yang menuju ke selatan. Panjang
jalan sudetan bebas hambatan ini sekitar 107 mil (171 km) yang
menghubungkan jalan I-40 dengan pinggir selatan Oklahoma yang
berbatasan dengan negara bagian Texas, tepatnya di dekat kota
Hugo.
Ujung
selatan jalan Indian Nation Turnpike ini bersambungan dengan
jalan Hwy 271 yang menuju ke wilayah Texas. Beberapa menit masuk
di Hwy 271, akhirnya saya meninggalkan wilayah Oklahoma dan masuk
ke wilayah Texas. Negara bagian Texas mempunyai nama julukan
sebagai Lone Star State dengan ibukotanya di kota
Austin.
Setelah
sekitar 40 km mengikuti jalan Hwy 271 ke arah selatan kemudian
saya tiba di kota Paris yang berpenduduk 25.000 jiwa dan terletak
pada elevasi sekitar 172 m di atas permukaan laut. Di kota ini
saya membelok ke timur mengikuti jalan Hwy 82 menuju kota New
Boston yang terletak di ujung timur laut wilayah negara bagian
Texas. Saat itu waktu menunjukkan sekitar jam 7:30 sore di bawah
cuaca yang sangat cerah dan malahan cenderung masih panas.
New
Boston sebenarnya hanyalah sebuah kota kecil berpopulasi sekitar
5.000 jiwa. Namun sore itu kota New Boston tampak ramai dengan
lalulintas yang cukup padat. Ramainya kawasan ini agaknya karena
kota New Boston terletak di pertengahan jalur padat jalan bebas
hambatan I-30 yang membentang antara kota Dallas di sebelah barat
daya dan kota Little Rock di sebelah timur laut. Di kota ini kami
berhenti untuk mengisi BBM sambil beristirahat sejenak.
Sekitar
34 km meninggalkan New Boston ke arah timur, kemudian saya tiba
di kota Texarkana yang terletak persis di perbatasan antara
negara bagian Texas di sebelah baratnya dan Arkansas di sebelah
timurnya. Kota yang berpopulasi sekitar 23.000 jiwa dan berada
pada elevasi 88 m di atas permukaan laut ini terletak di ujung
barat daya negara bagian Arkansas.
Maka
sampailah kami ke wilayah Arkansas. Negara bagian Arkansas
mempunyai nama julukan sebagai The Natural State
dengan ibukotanya di Little Rock. Inilah negara bagian terakhir
atau ke-33 yang saya kunjungi di hari terakhir dari limabelas
hari perjalanan panjang kami, setelah sebelumnya hari itu
melintasi negara bagian Texas.
Di
kota Texarkana saya sengaja masuk ke dalam kota, sambil berjalan
dengan kecepatan sedang menikmati suasana sore kota itu. Dari
Texarkana saya mengambil jalan Hwy 71 yang menuju ke selatan.
Sekitar 53 km kemudian kami tinggalkan wilayah negara bagian
Arkansas dan kini kami telah memasuki wilayah negara bagian
Louisiana dari sudut barat laut.
Kota
New Orleans masih berada jauh ke arah tenggara sekitar 350 mil
(560 km) lagi. Namun setidak-tidaknya kami telah berada di
wilayah negara bagian yang sama. Negara bagian Louisiana ini
mempunyai nama julukan sebagai Pelican State dengan
ibukotanya di Baton Rouge, sedangkan New Orleans dimana kami
tinggal adalah kota terbesarnya.
Sekitar 56 km
dari perbatasan, saya tiba di kota Shreveport. Saat itu hari
sudah senja, matahari masih menyisakan berkas cahaya merahnya di
ujung barat daya saat waktu menunjukkan sekitar jam 8:30 petang.
Di kota Shreveport ini saya sengaja tidak masuk ke dalam kota.
Untuk menyingkat waktu, dari arah utara saya langsung masuk ke
jalan bebas hambatan I-220 yang merupakan jalan lingkar kota
Shreveport, untuk selanjutnya berpindah ke jalan I-20 yang menuju
ke arah timur beberapa kilometer, sebelum akhirnya berpindah lagi
masuk ke jalan I-49 yang menuju New Orleans.
Dari
kota Shreveport inilah saya memulai perjalanan malam menuju New
Orleans yang arahnya relatif lurus ke tenggara. Jalan bebas
hambatan I-49 malam itu tidak terlalu ramai, sehingga saya dapat
melaju dengan kecepatan rata-rata 70 mil/jam (112 km/jam) dengan
sesekali mencuri batas kecepatan, tergantung feeling
kira-kira ada polisi atau tidak. Tetapi feeling yang bukan
atas dasar nekat, melainkan atas dasar rumus hasil trial and
error pengalaman orang lain.
Seorang
teman pernah memberitahu, kalau mau mencuri kecepatan asal tidak
lebih dari 10% biasanya masih dapat ditolerir. Itu berarti saya
dapat berjalan maksimum 55 mil/jam untuk jalan yang mempunyai
batas kecepatan 50 mil/jam, misalnya. Ah, saya pikir-pikir itu
hasil pencurian yang tanggung. Saya lalu membuat trial
and error.
Berdasarkan
tingkah laku pengemudi lain yang sering menyalip saya, sebuah
rumus sederhana lalu saya uji coba, yaitu saya akan berjalan
dengan menambah kecepatan kurang dari 10 mil/jam di atas batas
kecepatan yang ditentukan. Itu berarti saya akan berjalan dengan
kecepatan sekitar 62-63-64 mil/jam untuk jalan berbatas kecepatan
55 mil/jam.
Terbukti
bahwa rumus saya ini ternyata manjur, artinya selama
saya trial belum pernah (dan mudah-mudahan nasib baik
terus berpihak untuk tidak) error. Beberapa kali di
beberapa wilayah negara bagian berbeda, saya kepergok Pak Polisi
yang sedang memantau kecepatan pada saat saya melaju dengan
melebihi batas kecepatan maksimum sesuai rumus itu, dan tidak
dikejar. Maka saya menyimpulkan (tentu saja ini subyektif dan
bukan untuk menggeneralisir) bahwa rumus itu sohih untuk
saya terapkan.
Rumus
itu saya gunakan karena kendaraan saya tidak dilengkapi dengan
peralatan safety alert. Alat bantu keselamatan yang salah
satu fungsinya adalah untuk memonitor apakah pada jarak tertentu
ada radar gun (milik Pak Polisi) yang sedang difungsikan
memantau kecepatan.
Kalau
dipikir-pikir, rasanya kok jadi aneh. Di satu pihak, Pak
Polisi menggunakan radar gun guna memantau kecepatan
kendaraan yang sedang lewat. Di pihak lain, alat anti radar
gun yang dapat memonitor apakah ada Pak Polisi yang sedang
menghidupkan radar gun-nya ternyata dijual umum dan banyak
negara bagian telah melegalkannya. Harga alat inipun relatif
tidak mahal. Maka muncul pertanyaan menggelitik : Lha,
lalu untuk apa Pak Polisi memonitor kecepatan kendaraan?
Tapi
ternyata memang masih lebih banyak kendaraan yang tidak
dilengkapi dengan alat anti radar gun. Seperti kendaraan
saya misalnya, yang kalau mau ngebut mesti mengandalkan feeling
menggunakan rumus yang saya ceriterakan di atas, atau membuntuti
kendaraan lain yang memiliki alat anti radar gun yang
biasanya dipasang di atas dashboard sehingga tampak dari
luar.
Meninggalkan
kota Shreveport saya menghitung-hitung sisa waktu perjalanan.
Namun rasanya sudah tidak kami hiraukan lagi kalau ternyata untuk
mencapai New Orleans masih diperlukan waktu sekitar 6 jam lagi.
Memang sudah terlanjur diniati bahwa pokoknya di hari terakhir
itu kami akan berjalan seberapapun jauh dan lamanya untuk
langsung menuju ke New Orleans dengan tidak perlu menginap-nginap
lagi. Tentu saja tetap dengan memperhitungkan bahwa kondisi sopir
tunggal yang merangkap navigator masih laik nyopir di hari
terakhir itu, hingga tetes bensin yang penghabisan.
Nyatanya ya tidak
pernah kehabisan bensin, wong anak-anak saya selama
perjalanan ini rajin melirik indikator BBM. Jika dilihatnya sudah
berada di bawah garis paling bawah dekat ke huruf E
(Empty), langsung teriak dan mendesak sopirnya agar segera beli
bensin. Takut kalau-kalau sopirnya lupa dan kehabisan bensin di
jalan.- (Bersambung)
Yusuf Iskandar